Kamis, 12 Juni 2014



Puspa dan satwa sekitar
Kita Stop kepunahannya

Oleh : Naning Utami
Surabaya, 21 November 2013




                Pagi itu redup mentari tertutup awan, seolah tak mau bangun dari tidurnya.  Kami yang berasal dari 9 unit Yayasan Tarakanita Wilayah Surabaya harus sudah siap di Kompleks Carolus pukul  6.30. Semua peserta absensi dan berkumpul  di Gedung Pertemuan Carolus Boromeus jalan Jemur Handayani Surabaya. Setelah pengarahan semua peserta berkaos putih bersih itu menuju bus masing-masing.

               


                Acara menanam mangrove dan bibit kelapa ini sungguh mengasyikkan. Peserta berjumlah  280 orang, berasal dari karyawan dan perwakilan para siswa. Tepat pukul  7.00 kami berangkat menuju lokasi. Jarak  antara Kompleks Carolus menuju Wonorejo ditempuh sekitar 45 menit.  Kami saling tegur sapa dengan para petugas taman kota. Tak lama kemudian acara seremonial dimulai. Sambutan dari perwakilan ibu walikota yang berisi ajakan untuk melestarikan lingkungan sekitar kita, pantai yang semakin hari terkikis air laut maupun satwa yang ada di sekitarnya jangan sampai punah. Kemudian sambutan dari Sr. Petra sebagai kepala kantor   Yayasan Tarakanita wilayah Surabaya, sekaligus peresmian menanam mangrove dan bibit kelapa. Peresmian ini ditandai dengan melepas burung Merpati ke udara. Mengapa Merpati? Karena tak pernah ingkar janji.




                Kelompok tanam dibagi dua, darat dan laut. Kelompok tanam darat langsung dapat memulai kegiatan ini. Setiap orang dapat menanam 1 sampai 5 bibit. Tidak lebih dari satu jam kelompok tanam di darat sudah selesai  melakukan kegiatannya. Sebaliknya untuk kelompok laut  harus menunggu air pasang. Perahu-perahu kecil sudah siap di hilir sungai. Kami menunggu sekitar dua jam baru air pasang dan perahu-perahu kecil dapat merapat ke dermaga. Pukul 11.00 teman-teman kelompok tanam laut mulai turun. Ada rasa khawatir, senang, seru saat kami menuju lokasi tanam mangrove.

                Teman-teman kelompok darat sementara menunggu bisa menikmati “Joging Track” di tepi sepanjang hulu sungai. Pemandangan yang indah dan menarik, meski yang ada di kanan kiri jalan hanya tanaman mangrove.
                Sesampai di seberang tiap peserta mulai turun dari perahu kecil meski tak dapat merapat tepat di lokasi tanam. Ya kami  harus turun dan berjalan di lumpur. Hati-hati setiap menjatuhkan langkah kaki, karena di dalam lumpur banyak kerang yang sangat tajam, duri dan kepiting. Langkah kakipun akhirnya sampai juga ke lokasi tanam. Kegiatan menanam bibit mangrove memang tidak lama kami lakukan. Setelah usai menanam di sepanjang pantai berlumpur kami berharap dan berdoa semoga yang kita lakukan ini bermanfaat untuk anak cucu di masa mendatang dan air laut tidak terus menggerus pantai yang indah.


 
                Perjalanan menuju lokasi tanam dan kembali ke perahu ini yang paling seru. Kami harus melangkah ke dalam lumpur lagi yang kedalamannya sampai sepaha, sepinggang, bahkan ada yang sedada. Tentu saja kerja sama sangat diperlukan. Kami saling membantu, ada yang ditarik, didorong, bahkan diangkat supaya bisa kembali masuk ke perahu kecil untuk kembali ke darat. Benar-benar perjuangan yang mengasyikkan. Kerja sama yang bagus dan menyenangkan. Semua peserta kecil, besar pendek, tinggi bisa kembali masuk ke perahu kecil meskipun  tenaga kami tinggal setengah/lemas.
                Sesampai kami di Posko, tangki air untuk mandi sudah disiapkan. Inilah acara mandi bareng di bawah tangki air, tentu saja mandi ala kadarnya. O ya, kaos kami berubah warna menjadi krem kecoklatan. Setelah ganti baju barulah kami mengisi tenaga lagi dengan makan dan istirahat sejenak. Kami mengemasi barang bawaan  untuk bersiap kembali ke bus.
                Acara ditutup pukul 15.00. Kami kembali ke bus untuk menuju ke kompleks Carolus. Tak terasa sampai di tempat sudah sore hari. Semoga yang kita lakukan bersama membawa hasil luar biasa di masa mendatang.
                Berakit-rakit ke hulu
                Berenang-renang ke tepian.
                Bersakit-sakit dahulu
                Baru lemas kemudian.
Bila ada air di tangki
Boleh kita menumpang mandi.
Bila ada kataku menyakitkan hati
Buang jauh, jangan simpan dalam diri.
Salam Tarakanita…
Satu Hati, Satu Semangat, Tarakanita… YES…


                                                                Penulis,
                                                Dra. Naning Utami, MM.
                   Guru SMP Santo Yosef Surabaya        
            Bidang Study Bahasa dan Sastra Indonesia